BAB 5
LULUS SMP
Masa-masa kelulusan SMP sudah
dekat. Keluargaku masih tetap hidup sangat teramat sederhana, di tambah lagi nasib Bapakku yang di PHK
karena pengurangan karyawan. Ini semakin melemahkan kesederhanaan ini menuju ke
arah kemelaratan. Bapakku selalu sibuk cari pekerjaan. Pagi, siang sampai
malam. Melihat ekonomi pincang, ibuku juga turut membantu berjuang mencari
nafkah. Bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah restoran di kawasan wisata
Jaya Ancol.
Beberapa kali Emakku mengutang
uang tetangga untuk uang sakuku dan aku saksikan itu selalu di depan
mataku.Bagaimana Emakku merayu, berjanji dan memelas agar di pinjamkan uang. Bahkan
kadang pagi-pagi buta ibuku turut membantu berjualan ikan milik
tetangga dengan di beri upah Rp.5500 dan beberapa potong ikan dari jam 3 sampai jam 6 pagi. Semua kerja keras emakku
terus terpatri abadi dalam memoriku. Menjadikan ini sebagai sebuah sumpahku
untuk bisa hidup jauh dari mengutang orang.”
Waktu kelulusan sudah di
umumkan dan aku lulus dengan hasil nilai yang cukup tinggi sehingga aku di
terima di sebuah sekolah favorit Kejuruan Teknik Mesin. Iyaaa. Aku lebih
memutuskan memilih SMK daripada SMA dengan maksud agar bisa cepat bekerja dan
bisa membantu ekonomi keluarga.
Biaya pendaftaran sekolah
berkisar sampai 2 juta. Aku sadar orang tuaku akan sangat teramat terbebani.
Bapak dan Ibuku tampak sibuk setiap hari bekerja serabutan untuk mengumpulkan uang
. Akupun pasrah. Sudahlah kalau memang aku tidak bisa melanjutkan sekolah. Aku
akan ihklas dan mengerti. Sampai tingkat SMP saja aku sudah cukup banyak
menimba ilmu. Toh aku hanya dari anak desa yang sekolahnya hanya sampai SD saja
sudah bangga.
Entah bagaimana caranya, orang
tuaku sudah menyiapkan dana 2 juta itu untuk biaya sekolahku. Akupun sangat
bahagia, akhirnya aku bisa sekolah lagi.
(belakangan baru kusadari
bahwa uang itu hasil menjual rumah di kampung)
“Beberapa kali Emakku mengutang uang
tetangga untuk uang sakuku dan aku saksikan itu selalu di depan mataku, bagaimana Emakku
merayu, berjanji dan memelas agar di pinjamkan uang. Semua kerja keras Emaku
terpatri abadi dalam memoriku. Menjadikan ini sebagai sebuah sumpahku untuk
bisa hidup jauh dari mengutang orang.”
...Menembus Langit...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar