BAB 19 : KURIR


                    Bab 19
KURIR

Gitar ku petik penuh kegundahan hati. Menyanyi lagu sedih karena keadaan yang sungguh memprihatinkan. Berkali ku salah memetik senar, berkali lupa melafal lirik lagu. pikiranku semerawut melebihi semerawutnya pasar ini. Pikiranku macet total seperti macetnya jalan bergenang penuh kebanjiran. Aku sungguh tak bisa bertindak. Otakku mati suri  tubuhku mati rasa, tubuhku lemah tak kuat bertindak. I’m so fucked. 

Dua hari sudah aku tidak kuliah dan tidak kursus. Aku masih berlarut dalam sedih. Tapi mau sampai kapan aku terhanyut. Aku aku tidak boleh menyerah, aku harus memulai dari awal lagi. Akupun mulai membeli koran lagi, setiap pagi aku mencari lowongan yang sekira sesuai dengan bidangku. Banyak sekali daftar Kantor yang menjadi targetku. Pagi-pagi sekali aku segera bangun dan mandi, memakai kemeja rapih, menyemir sepatu dan bergegas berangkat dengan motor RX king ku.  Akupun berjelajah dari kantor ke kantor menitipkan lamaran. 

"Nanti akan di hubungi kalo dokumennya memenuhi syarat." Begitulah respon dari para reception atau Satpam kantor. Jarang sekali di adakan Interview langsung.
Sudah hampir dua minggu setiap pagi aku membelah kota Jakarta, mendatangi belasan Perkantoran. Aku tidak pernah lelah. Ambisiku untuk bisa bekerja sangatlah besar. Makin lama aku menganggur, maka aku akan semakin terpuruk. Bagaimana dengan biaya kuliahku, biaya kursusku, bensin, makan sehari-hari. Kartu kreditku semakin hari semakin bengkak tagihannya. Selama masa pengangurannku dan biaya bensin untuk mencari perkerjaan adalah dari hasil menggesek kartu kredit.

Setelah hampir satu bulan menganggur, akupun mendapatkan pekerjaan sebagai kurir antar barang spare part mobil. Hampir setiap hari waktuku ku habiskan di jalan raya, kirim sana kirim sini. Benar sangat melelahkan. Gaji tidak  sebesar dengan perusahanku sebelumnya. Ini hanya cukup untuk makan saja. Biaya kuliah dan kursus entah dari mana.
Tak terasa aku sudah kursus bahasa  Inggris lebih dari setahun. Guruku menawarkan aku menjadi asisten guru, dimana aku juga di ajarkan mengajar bahasa Inggris untuk para pemula. Mungkin skill bahasa Inggrisku sudah cukup lumayan bagus. Sekarang aku sudah tidak membayar lagi biaya kursus melainkan akulah yang di bayar walau tidak seberapa, tapi aku cukup senang karna aku bisa belajar dan mendapatkan uang.
Pagi sampai sore aku menjadi kurir, sore sampai malam kuliah dan di lanjutkan dengan mengajar kursus. 

Ini adalah malam pertama aku mengajar, murid  baruku rata-rata para karyawan. Aku sudah mendapatkan materi pelajaran yang sebelumnya di ajarkan oleh Teacherku. Aku sangat lancar dan nyaman dalam mengajar.  Aku sudah terbiasa berbicara di depan umum, banyak temanku yang bilang aku sangat berbakat dalam hal ini. Walaupun aku tak begitu menguasai materi tapi demi sesuap nasi aku cukup  percaya diri.
Begitulah seterusnya, setiap hari aku berkeliaran di jalanan beratapkan panas dan hujan . Terkadang aku tak sempat makan karena harus segera mengirim barang. Badanku menjadi sangat hitam tak terurus, aku kurus dan dekil. Terkadang aku merasa badanku letih, badan demam penuh dengan keterpaksaan. Akan tetapi aku tetap nekat untuk bekerja. Hari yang seharusnya menjadi hari liburku aku manfaatkan untuk tetap mengirim barang, karena aku bisa mendapatkan Insentif dan uang makan lebih apabila aku tidak libur. Menjadi kurir..berotot besi berjiwa kuli... 




Sudah hampir dua minggu setiap pagi aku membelah kota Jakarta, mendatangi belasan Perkantoran. Aku tidak pernah lelah. Ambisiku untuk bisa bekerja sangatlah besar. Makin lama aku menganggur, makin aku semakin terpuruk.

...Menembus Langit...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar