BAB 23 : INTERVIEW


Bab 23
INTERVIEW

Setelah test performance selesai, kamipun di perbolehkan pulang. Bagi yang lolos test performance akan di panggil lagi untuk interview selanjutnya by phone.
Akupun menjalani kegiatanku sehari-hari seperti biasa sebagai kurir pengantar barang. Pagi sampai sore bergentayangan di jalanan ibukota mengejar waktu di lanjut kuliah bersambung kursus. Terus ku tempa diriku untuk modal tidak hidup susah.
Harapanku untuk menjadi Pramugara sudah musnah hancur lebur terkubur 7 lapisan tanah. Jujur aku sudah mengalahkan diri menyerah dan tak  berpengharap.

Suatu ketika aku mendapatkan telepon dari sebuah nomer  kantor. Waktu itu aku sudah mempunyai HP nokia Cdma second seharga 150ribu,sehingga aku bisa di hubngi. Di pembicaraan telepon itu memberitahukan bahwa aku di haruskan mengikuti test interview tahap ke-2 untuk lowongan Pramugara.
 Pada awalnya aku tidak berminat untuk datang. Aku malu. Aku hanya akan jadi bahan hinaan perempuan  itu. Setelah ku timbang timbang, tak ada salahnya aku mencoba. Aku mau merubah hidupku. Aku ingin maju.

Keesokan harinya aku sudah berangkat mengendarai RX-king ku dengan penuh semangat. Sesampainya di kantor itu, aku sempatkan ke toilet terlebih dahulu.
Kurapihkan semua yang kira-kira kurang rapih. Rambut ku sisir semi belah tengah di olesi minyak orang-aring andalanku. Wajah ku semai dengan sedikit air biar terlihat segar. Aku juga mencoba merapikan baju dan celana walau setelahnyapun tetap mencerminkah murahan penuh kekusutan.

Aku menunggu di ruang kelas. Duduk berjejer berbaris bak pasien  duduk mengantri bergilir menemui sang dokter. Tampak perempuan gendut durjana itu memanggil kami satu persatu memasuk ke dalam ruang menemui para Interviewer Sang.
Satu ketika dia sempat berpandang mata denganku dan memberikan respon tidak suka. Aku cuma bisa tenang dan pasrah mengikuti alurnya. Gilirankupun tiba. Namaku di panggil oleh perempuan durjana itu dengan nada yang setengah hati.
Aku mulai menjabat tangan Interviewerku yang pertama. Tanya jawablah kami mengenai soal kehidupanku. Setelah selesai dengan orang pertama berlanjut ke orang ke dua dan ketiga sampai terakhir ke empat. Wawancara kali ini tidak terlalu menyulitkan. Hanya perkenalan soal siapa aku dan back ground kehidupanku.
Setelah semua selesai, kami kembali pulang dan menunggu panggilan apabila lolos test ke berikutnya.

Setelah menunggu, dua minggupu berlalu. kembali aku di panggil untuk mengikuti test tahap tiga  yaitu test bahasa Inggris. Akupun segera mempersiapkan diri. Seperti biasanya, pagi-pagi sekali aku berangkat menuju kantor.
Udara pagi ini tampak sejuk, hawa dinginpun masih menyelimut, sekali-kali hawa dingin ini menghantam wajahku seperti memberi bara api untuk terus membakar jiwa juangku untuk terus menyemangat diri. Terus ku pacu RX-king ku ini membelah sisa-sisa kabut yang enggan menghilangkan diri. Tampak terlihat di pinggiran jalan, beberapa orang berolah raga bersama. Mereka tampak reriangan, segar bugar seperti tak punya beban. Terlintas lagi beberapa rombongan sepeda Fun bike lengkap denga asesorisnya. Helm, botol minuman, sepatu yang terlihat mahal, celana yang ketat dan kaca mata hitam yang mahal elegan. 

Mereka sangat menikmati sekali suasana pagi ini. Mereka benar-benar segar, ceria, sehat bahagia. Kapan aku bisa melakukan itu. Berolahraga ria di hiasi canda tawa. Pikiran sehat,jasmanipun sehat. Hidup tenang tanpa harus ngoyo-ngoyoan mencari nafkah jumpalitan. Istirahat teratur, uangpun gampang di atur. Semua  terkendali tanpa harus memeras diri.
Bagaimana dengan hidupku ini. Pagi-pagi buta di paksa untuk bekerja. Walaupun mata berat enggan terbuka tapi ku peras semua lelah malasku untuk segera terjaga. Aku harus bangkit dan berusaha untuk bertahan hidup. Aku harus terus bergerak mencari celah titik keberhasilan. Aku tidak inginkan hidupku seperti ini selalu di bayangi dengan kekurangan, kesusahan dan keprihatinan.






Kurapihkan semua yang kira-kira kurang rapih. Rambut ku sisir semi belah tengah di olesi minyak orang-aring andalanku. Wajah ku semai dengan sedikit air biar terlihat segar. Aku juga mencoba merapikan baju dan celana walau setelahnyapun tetap mencerminkah murahan penuh kekusutan.

...Menembus Langit...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar