BAB 24 : RATIH..


Bab 24
                                                           RATIH ...                  

Setelah satu jam aku memacu motorku, akupun sampai di kantor itu. Segera ku bergegas ke kamar kecil untuk mencoba merapihkan diri. Setelah penampilan ini  di rasa cukup walaupun sebenarnya jauh dari kata  cukup, aku mulai pergi menuju ruang tunggu. Para Office boy masih sibuk membersihkan ruangan. Mereka menyapu lantai penuh irama, membersihkan kaca penuh penghayatan, mengelap meja dengan hati, merapihkan meja kursi seperti mengelus kekasih hati. Sesekali terdengar siul-siulan menirukan sebuah lagu dangdut  terkenal. Pekerjaan mereka tampak tenang, damai jauh dari resiko. 

"Mas. Pagi sekali datangnya. Mau ngelamar apa Mas?” Tanya Office boy.
"Bagian apa saja Mas, yang penting saya kerja." jawabku singkat .
"Bagian apa saja asal jangan bagian saya ya mas. Nanti kalo mas ikut ngelamar Office boy juga, pasti kita-kita ada yang di PHK. maklum Mas,  di sini gampang sekali terjadi pemecatan. Kita salah sedikit saja bisa langsung di pecat. Saya kerja di sini hati-hati banget Mas. Saya takut melakukan kesalahan. Andai saja ada yang lebih baik, mending saya cari kerja lain mas."

 Office boy itu terus berceloteh mengutarakan isi hatinya. Aku hanya mendengarkan dan menyimak saja.Ternyata dugaanku salah, semula yang terlihat damai tenteram, ternyata di balik ketenangan itu tersimpan beban dan rasa was-was yang besar. Hidup ini memang aneh. Apa yang terlihat mata belum tentu apa yang kita kira.

Setelah satu jam aku menunggu, satu persatu para karyawan dan para pelamar berdatangan. Banyak sekali pria dan wanita yang membawa amplop coklat yang berisikan surat lamaran. Mereka tampak segar dan rapih. Ada yang melamar sebagai Ground staff, Ticketing, bagian administrasi, Reception sampai ke Office boy. 

Perusahaan ini memang sedang berkembang pesat dan membutuhkan banyak karyawan.
Satu persatu aku mulai melihat para pesaingku datang. Yahh. Aku yakin mereka itu akan melamar sebagai Pramugara dan Pramugari. Mereka tinggi tegap, berdasi rapih, berkulit putih, ganteng, gagah dan maskulin. Para wanitanyapun begitu cantik. Rambut di sanggul, memakai syal, rok yang pendek ketat, membalut pinggul bulat padat seperti sebuah kue lemper berisi nasi bercampur daging. Ingin sekali membuka balutan lemper  itu dan segera menyantap daging di dalamnya penuh kerakusan. Sumpah. Lagi-lagi di tempat ini aku di pertemukan dengan sosok-sosok wanita cantik yang sangat sexi. Otakku terus terbayangi  dengan lekuk  indah para wanita itu. Andrenalin sexku mulai tak terbendung. Naluri kelelakianku untuk menyiksa wanita di tempat tidur sudah di ujung ubun-ubun. Aku benar sangat nian tak tahan melihat kemolekan indah para perawan. Segera ku berlari ke kamar mandi. Ku tampar mukaku di depan cermin dan ku basuh dengan percikan air.
 "Haiiii...Ini bukan saat yang tepat untuk berimajinasi soal selangkangan." Ucapku dalam hati.  Ku rogohkan tangan kiriku mencoba mengelus, mengenggam dan meremas benda yang sudah membatu, mencoba menata kembali, mengatur posisi agar berada di jalur yang span tidak nakal. Dinginnya hawa pagi dan sejuknya ruangan AC membuat benda membatu ini semakin keras. Bukan keras kepala tapi benar-benar kepala yang keras. Aku  seperti ikan kecil  yang mengelepar gelepar di daratan mencoba menemukan lautan, seperti cacing kepanasan yang mengesot-ngesot mencari keteduhan, seperti ayam jantan yang terus berputar memutari buntut sang betina. Aku benar-benar tersiksa dengan kelelakianku...

Setelah selesai menyadarkan diri, akupun keluar dari kamar mandi. Aku  Kembali menuju sofa merah dimana aku duduk sebelumnya. Setibanya di sofa itu, ternyata sudah di duduki wanita lain. Wanita ini sungguh manis, rambut di sanggul, memakai syal dan di balut busana ala pramugari yang sexi. Akupun sempat clingak-clinguk mencoba mencari sofa-sofa yang lain.

"Silahkan Mas, duduk sini aja, masih bisa kok." Wanita itu mempersilahkan aku  duduk berbagi sofa berdua. Dengan sedikit sungkan, akupun mengiyakan.
"Mas mau ngelamar di bagian apa".Tanya wanita manis itu.
"Lagi mencoba untuk melamar Pramugara Mbak, ini sudah test yang ke tiga. Kalau gak lulus ya ngelamar security aja nanti". Jawabku memelas dan sangat merendah walaupun memang sebenarnya rendah berwajah melas.
"Wahhh hebat sudah sampai tahap ke-3. Selamat ya Mas. Oh iya, sepertinya kita sama Mas. Aku juga test tahap ke-3 hari ini. Berarti kita bareng dong. Kenalin nama saya RATIH." Wanita ini memperkenalkan dirinya dengan ceria. Wanita manis ini sungguh ramah. 

Kamipun berdua menceritakan perihal test-test  yang sudah kami lewati. Mengenai kehidupan pribadi kami dan angan-angan kami menjadi cabin crew. Saking asyiknya bercengkrama, kamipun tersadar, bahwa test akan segera di mulai.
Dikumpulkanlah kami di dalam sebuah ruangan. Tampak di depan beberapa interviewer sudah siap untuk mengajak kami perang engan wajah perang.
"Selamat pagi semuanya, hari ini kalian semua akan melakukan test bahasa inggris oral dan tertulis. Pada saat test oral, kalian bisa menunjukkan skill bahasa kalian dan bagi yang menguasai bahasa asing selain bahas Inggris akan mendapatkan nilai Plus. Baiklah selamat berjuang." Suara salah satu interviewer berbicara dan mengarahkan kita mengenai proses test hari ini.
Para Interviewer langsung membagikan beberapa lembar kertas satu persatu yang berisikan hampir 80 pertanyaan. Ini semua adalah pertanyaan Grammar. Pertanyaan itu terkadang susah dan terkadang juga mudah. Walaupun aku sudah kursus lebih dari 1 thn, tetap saja aku masih mendapatkan kesulitan.

Setalah satu jam waktu mengerjakan sudah selesai. selanjutnya akan di adakan Interview satu persatu. Proses Interview pun di mulai. Satu persatu para candidat berkomunikasi dengan bermacam-macam bahasa. Ada yang berbahasa Jepang, bahasa Belanda, bahasa Thailand, bahasa Cina dan sebagainya. Akupun mulai minder. Lagi-lagi aku merasa salah berada di tempat yang salah. Apa ini tempatku. Tempat dimana aku berada dalam satu ruangan dengan para orang pintar ganteng, cantik nan rupawan. Ruangan ini ramai di penuhi obrolan para candidat dan interviewer dengan berbagai macam bahasa. Aku seperti berada di sebuah negara asing. Aku gelisah, aku resah, aku  tak punya semangat. Aku cuma bisa bahasa Inggris, itupun tak  terlalu lancar. Apa jadinya aku nanti di depan Interviewer itu. Aku serba salah bercampur gundah. Aku benar-benar salah tempat. Aku sudah  kalah dalam  pertarungan ini. Ratih terlihat melempar senyum. Dia mengepalkan tangannya dan berbicara tanpa suara. Menbriku semangat untuk tidak gelisah. Kepanikannya telah di bacanya.

Ratih.....





Otakku terus terbayangi  dengan lekuk  indah para wanita itu. Andrenalin sexku mulai tak terbendung. Naluri kelelakianku untuk menyiksa wanita di tempat tidur sudah di ujung ubun-ubun. Aku benar sangat nian tak tahan melihat kemolekan indah para perawan.

...Menembus Langit...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar