Bab 20
NURI
Pagi yang
indah bersemilirkan sejuk angin. Sepinya jalan raya menambah suasana
semakin tenteram mendamai hati. Ku pacu kuda besiku ini
perlahan menikmati hembusan angin. Sesekali rokok di tangan ku hisap mendalam
penuh kepuasan. Puas rokok hanya sebatang dari warung tetangga walau itupun
boleh mengutang.
Hari ini
adalah hari minggu, aku memilih istirahat saja. Badanku sudah mulai rapuh
tetapi aku tetap berencana untuk kursus. Setiap hari minggu adalah harinya
Conversation Club. Dimana semua murid-murid akan bergabung bersama untuk
menghafal vocabulary, conversation dan debating. Banyak para orang dewasa yang
hadir. Ada yang pegawai bank, para calon waiter kapal pesiar, anak kuliah dan
sebagainya.
Tema
conversation dan debating kali ini adalah menyikapi soal cinta, harta atau
wajah ayu atau tampan. Mana yang lebih penting. Kami berdebat penuh jenaka. Ada
yang jujur, ada yang naif, ada yang ngotot ada yang belepetan bahkan ada juga
yang cuma senyum diam. Entah senyum itu mengerti maksud yang di debatkan atau senyum karena bingung
apa yang di bicarakan.
“Hi...my name Nuri. My opinion, Love is the
most important for my life, even my husband not to rich and handsome. I will always love him, because he
already love me too." Yahh itulah sepenggal pendapat Nuri. Seorang
murid baru yang sudah sangat dewasa. Wanita cantik berjilbab kuning. Melihat
wajahnya memberikan kesan nyaman dan damai di hati. wajahnya putih mulus, tampak giginya yang gingsul
membuat wanita ini semakin mempesonaku. Selesai kursus, akupun mencoba
berkenalan dengannya.
"Senang melihat mas lancar
berbahasa Inggris." katanya sedikit memujiku. Akupun
jujur kepadanya bahwa aku masih belajar dan belum pintar.
"Kamu juga sudah lancar bicaranya."
Balikku memuji Nuri. Awal pertemanan kami berjalan baik. Aku mulai menawarkan
diri untuk mencoba mengantarnya pulang.
Begitulah
seterusnya. Hubungan kami semakin dekat. Aku sering mengantar dia setiap kali
pulang kursus. Aku memanggilnya adik dan dia memanggilku kakak. Kami benar seperti kakak adik. Aku sering curhat ke dia
bahwa aku tidak suka dengan pekerjaanku sekarang, aku ingin cari pekerjaan lain
yang lebih jelas dan punya masa depan.
“Oh ya kak, ada lowongan buat Pramugara lho.
Kakak kan tinggi dan jago bahasa Inggris, coba aja kakak ikut ngelamar. Denger-denger lagi butuh banyak lho kak." Nuri
mencoba memberiku semangat.
“Pramugara. Kerja apa itu?” Bisikan
hatiku mencoba Tanya. ”Yahhh jadi crew
pesawat terbang, kerja di langit.” Jawaban akhirnya.
Entah kenapa,
aku mau saja mengikuti saran Nuri ini. Dari sinar matanya yang indah, wajahnya
yang putih, mulus, polos, bagai tengah hari bolong, sinar berterik panas,
menyengat tubuh mencipta keringat tercucur, tiba-tiba saja bertemu tukang Es
Dawet penghilang dahaga. Sungguh sangat
menyejuk diri. Hatikupun berubah menjadi
mendung. Aku tak kuasa menolaknya. Menyanggah pintanya.
Akupun di
berikan alamat kantornya dan di suruh menyiapkan semua persyaratan yang di minta.
Setelah lengkap, akupun segera mencari alamat kantor perusahaan itu dan
akhirnya bisa ku temukan. Ku coba untuk meminta izin kepada Satpam untuk
mengikuti Interview. Ku serahkanlah lamaranku ke Satpam dan di antarkanlah aku
ke dalam ruang tunggu penuh kemegahan.
“Pramugara. Kerja apa itu?” Bisikan hatiku mencoba Tanya. “Yahhh
jadi crew pesawat terbang,kerja di langit.” Jawaban akhirnya.
...Menembus
Langit...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar