BAB 4 : BUKAN ANAK DESA


Bab 4
BUKAN ANAK DESA


Keesokan harinya, Bapak mengajak aku untuk pergi ke Sekolah. Aku tanya apakah Bapak sudah ada uang untuk membayar atau belum dan bapakku menjawab sudah.
Tibalah aku di sekolah, Bapakku langsung masuk ke ruang sekolah sambilku menunggu di luar. Terjadi sebuah perdebatan, terdengar suara bapakku seperti marah. Aku hanya terpaku menunggu di luar, memandang kelasku yang sibuk belajar. Terlihat Yulia menatapku dari balik kaca jendela kelas. Kami bertatapan tanpa senyuman. Sepertinya dia tahu masalahku. Terusir pulang karena pembayaaran yang tak mampu kami lakukan. Entah apa hasil dari perdebatan bapakku dan kepala sekolah, sampai akhirnya aku di persilahkan masuk ke kelas.

Hari ke hari, aku semakin pintar. Dari mulai peringkat terbawah aku merangkak mendapatkan rangking 17, naik lagi menjadi peringkat 11, terus sampai ke peringkat 5 dan akhirnya aku mendapatkan rangking 1 . Akupun di angkat menjadi ketua kelas, ketua regu Pramuka, Pemimpin upacara, wakil Osis sampai menjadi Ketua Osis.

Prestasi terbesarku pada masa ini adalah aku terpilih menjadi 10 besar anggota Pramuka se-Jakarta Utara untuk mengikuti Jambore nasional yang di hadiri 7 negara tetangga dan seluruh Pramuka se-Indonesia. Melaui Pramuka inilah aku di tempa mental dan jiwa kepemimpinanku. Semakin hari aku semakin belajar banyak hal mengenai warna-warni kehidupan. Aku di tempa menjadi anak yang kuat oleh seorang Guru Bijaksana yang sangat aku kagumi. Pak Lukman . 

Hatiku di goncang prahara cinta tak kala wanita yang ku cintai beralih mencintai sahabatku sendiri. Berdalih balas dendam akupun memacari teman dekatnya sendiri, walau akhirnya akupun benar jatuh terdalam ke jurang perasaan cinta yang membuatku mengerti rasa cinta yang hakiki.  

Hidupku prihatin melihat kemiskinan orang tuaku yang berjibaku menyekolahkan aku. Itulah hal yang membuatku menjadi dewasa sebelum usiaku. Itulah yang terus mencambukku untuk terus mengingat suramnya masa laluku. Berharap di masa depanku aku akan menjadi petarung hebat untuk bisa membunuh semua kemiskinan ini.





“Itulah yang membuatku dewasa sebelum usiaku, itulah yang terus mencambuku untuk selalu mengingat masa laluku, berharap di masa depanku, aku bisa menjadi petarung hebat untuk bisa membunuh semua kemiskinan ini.”


...Menembus Langit...








Tidak ada komentar:

Posting Komentar