BAB 15 ; MELAMAR KEBODOHAN


Bab 15
Melamar kebodohan...
                                                             
Hari sudah gelap, semua saudara dan tetangga se- kampung bersiap  untuk mengantarkan  kepergian Bapakku untuk yang terakhir kali. Aku turut serta memikul peti mati Bapakku menuju pemakaman. Setiba di pemakaman sudah tersedia sebuah lubang besar. Di lubang inilah Bapakku akan tertidur untuk selamanya. Di lubang inilah terakhir kali aku bisa melihat Bapakku. 

Di turunkanlah perlahan peti mati itu, di masukkan ke lubang dan selanjutnya di timbun sampai peti itu tidak terlihat, yang ada hanyalah sebuah gundukan tanah berpatok nisan.
Semua pengantar mulai pergi meninggalkan makam. Hanya aku berdua di temani sepupuku yang masih duduk memandangi gundukan tanah itu.
"Wis kang, ayooo pulangg. Bapakmu dan tenang di sini."
 kata sepupuku mencoba menyadarkan lamunanku dan mengajak aku pergi.
Hari demi hari aku lalui dengan penuh kemurungan dan kesedihan. Sudah hampir 10 hari aku di kampung.
Emakku masih sangat berduka. Berkali-kali dia kerasukan, minta rokok dan menghisapnya layaknya perokok ulung, padahal memegang rokokpun dia tidak pernah. Dia kadang tertawa sendiri. Berbicara sendiri dengan nada suara layaknya dua orang sedang berbicara. Inilah pertama kali aku menyaksikan dunia gaib.
Suara Emakku berubah menjadi dua orang anak kecil yang sedang berbicara satu sama lain.
"Ayooo melu aku. Kita main main." Suara anak kecil dengan nada yang agak halus .
"Emoh. Aku kesel, aku ndak mau kemana mana." Suara anak kecil dengan nada suara yang agak kasar.
Semua suara-suara itu keluar langsung dari mulut emakku.
"Perut kosong, melamun, sedang ada masalah besar. Ini adalah beberapa penyebab mahluk gaib bisa memasuki jasad kita dengan mudah."
 kata seorang kyai di kampungku.

Keadaanku sudah mulai membaik, aku sudah mulai mengiklaskan Bapakku. Aku berencana segera kembali ke Jakarta untuk mengambil Ijazah dan mencari pekerjaan. Aku sudah tidak ada semangat untuk menjadi seorang TNI. Uang hasil jual rumah dan tanah sudah banyak berkurang untuk biaya rumah sakit, perjalanan, pemakaman sampai selamatan untuk tahlilan. Di lain hal, kasihan emakku apabila aku tetap jadi TNI. Aku akan di tugaskan ke luar daerah, jarang pulang bahkan akan di kirim ke daerah konflik untuk menjaga keamanan dan ketentraman walaupun nyawa taruhannya.

Emakku terpaksa aku tinggal, dia lebih aman di kampung bersama keluarga besarnya dan akupun  Segera  berangkat kembali ke Jakarta. Perjalanan menggunakan kereta yang sama.Gaya baru utama. Di dalam kereta inilah kembali aku menangis terisak. Ku sengaja memilih gerbong yang sama dan tempat duduk yang sama pula. Teringat kembali penderitaan Bapakku semasa hidupnya sewaktu di dalam kereta ini. Semua kenangan bersama bapakku di kereta ini teringat kembali.
Semalaman aku tidak tidur. Mataku bengkak, merah dan pucat. Setelah tiba di Jakarta aku segera merebahkan diri dan mencoba untuk istirahat. Semalaman suntuk aku tertidur. Aku terbangun ketika mendengar azdan subuh. Segeralah aku bergegas sholat, berzikir dan mengirim doa untuk Bapakku.
Pagi masih sangat gelap, aku segera pergi ke sebuah tempat penjualan koran. Yahhh aku akan mencari lowongan pekerjaan melalui koran.

 koran ku dapatkan, akupun mulai membaca satu persatu jenis lowongan pekerjaan yang di tawarkan. Begitu banyak lowongan di tawarkan sampai  aku  bingung harus memulai memilih atau menentukan lowongan apa yang akan coba aku lamar.
Beberapa kali aku melamar pekerjaaan tanpa hasil yang jelas. Hanya di suruh menunggu tanpa kepastian. Aku di anggap masih kecil, belum pernah bekerja dan kurang pengalaman. Mungkin inilah alasan aku selalu di tolak.
Sambil terus melamar, di sela-sela senggangku aku ikut kerja sambilan sebagai tukang kebersihan di kawasan wisata Ancol. Aku naik di sebuah truk sampah dan berputar-putar mengambil sampah yang ada dan memasukkannya ke dalam truck. Uang jasa yang aku dapatkan adalah RP.12000 selama hampir 2 jam.
Selain menjadi tukang angkut sampah, aku juga bekerja sebagai tenaga serabutan di Hotel Horison setiap hari sabtu dan Minggu. Terkadang aku harus cuci piring, angkat meja kursi, menyapu,mengepel sampai membersihkan toilet. Gaji yang aku dapatkan dari kerja serabutan ini adalah RP. 15.000/8 jam.

Kegiatanku yang lain adalah aku sering berkumpul dengan teman-temanku dan membentuk sebuah group band. Terkadang kami juga sering mengamen di bus AC jurusan Priok-Kampung Rambutan bolak balik sekedar untuk membeli rokok dan sisanya untuk biaya rental studio.
Lowongan pekerjaan SMU sederajat.
Di butuhkan banyak tenaga kerja di perusahaan Expor Impor.
Jl Muara baru penjaringan jakarta utara...
Yahhh. Ini lowongan kepuluhan kali yang akan aku  coba. Aku datangi alamat kantor tersebut dengan penuh semangat. Ku semir sepatu hitamku yang sudah tidak hitam lagi, celana hitam berbahan kusut dan baju lengan panjang bergaris belang.
Astaga. Kantor ini sudah di penuhi oleh ratusan pelamar. Banyak sekali para pencari kerja ini.
Akupun segera mendaftarkan diri dan di beri nomor urut tanda pelamar," 322. " Yah itulah nomor urutku.
Setiap 20 orang di panggil untuk mengikuti tes tertulis. Aku duduk terdiam sambil menunggu giliran. Ketika giliranku tiba, akupun di hadapkan dengan sebuah soal Matematika.

“Sebelum di kerjakan tolong baca dan pahami petunjuknya terlebih dahulu, kecepatan dan ketepatan sangat di butuhkan. Konsentrasilah dan segera kumpulkan hasil tugas kalian 5 menit dari sekarang.Mulai..“
Seorang panitia memberikan perintah kepada kami agar menyelsaikan soal mudah ini selama 5 menit.
"Aduhhhh 5 menit , harus cepat nih." Gumanku akupun secepat kilat mulai menghitung pertanyaan soal no. 1, lanjut ke no 2 , lanjut ke no.3.
Anjinggg...baru aku mau mngerjakan soal no 5. Sudah ada 2 orang yang selesai dan menyerahkan kertas jawabannya.
Aku semakin panik dan mencoba menjawab pertanyaan dengan benar.
Konsentrasiku buyar.  Soal yang harusnya mudah aku jawab ini menjadi sangat sullit karena aku di kejar- kejar waktu.

 "stopppp, sudah cukup” Salah satu panitia berteriak sebagai tanda waktu sudah habis.
Aku hampir saja mau menyelesaikan soal nomer 8 tapi sudah habis waktuku.
Aku kecewa dengan diriku sendiri. Aku benar merasa lemah. Di sela sela penghitungan aku mencoba bertanya kepada salah satu pelamar yang sudah selesai mengerjakan test dalam waktu 2 menit padahal aku baru saja mau mengerjakan soal nomer 3.
“Mas..., Mas hebat sekali tadi. Belum ada 2 menit tapi Mas sudah menyelesaikan sepuluh pertanyaan. Selamat ya mas. Mas pasti di terima di perusahaan ini".  kataku sambil mencoba berkenalan.
"Saya  tidak hebat mas. saya  hanya mengikuti perintahnya saja. Di lembar pertanyaan itu ada perintah yang menjelaskan bahwa kita harus mengisi jawaban  dengan cepat dan benar. Untuk mempermudah menjawab kita hanya di wajibkan mengisi soal nomer  9 dan 10 saja, Yang lain tidak perlu di isi".
 Kata teman baruku ini menjelaskan . Aku benar benar kaget dan bodoh. Iyaaa. Memang aku akui, Si panitia meminta aku untuk membaca perintahnya terlebih dahulu tapi aku malah tidak membacanya. Ini mungkin suatu bukti bahwa aku tidak mematuhi aturan dan perintah.

Melamar kebodohan...


Selain menjadi tukang angkut sampah, aku juga bekerja sebagai tenaga serabutan di Hotel Horison setiap hari sabtu dan Minggu.
Terkadang aku harus cuci piring, angkat meja kursi, menyapu,mengepel sampai membersihkan toilet.
Gaji yang aku dapatkan dari kerja serabutan ini adalah RP. 15.000/8 jam.

...Menembus Langit...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar