BAB 25 : INTERVIEW IBA


Bab 25
INTERVIEW IBA

Sesudah perkenalan, akupun di bombardir dengan bermacam puluhan pertanyaan. Sebisa mungkin aku menjawabnya dengan semampuku. Ada satu pertanyaan dari salah satu Interviewer mengenai apa cita-citaku. Dari pertanyaan inilah aku sedikit terbawa perasaan. Aku teringat kembali perjuanganku ketika berencana ingin menjadi seorang Sersan Angkatan Darat. Kesedihan kembali terbayang. Kembali aku teringat Bapakku. Akupun tak kuasa menahan sedih, aku bertutur dengan mata sedikit merah basah. Suaraku makin parau dan makin tak terkontrol. Aku mencoba meminta waktu sejenak untuk mencoba menenangkan diri. Setelah aku bisa menguasai emosi dan perasaan sedihku, akupun kembali bertutur kata. 
Ternyata bukan  aku saja yang sedih dan terbawa perasaan masa laluku, sang Interviewer di depanku juga tampak larut dalam ceritaku. Dia tampak bungkam sepuluh  bahasa, matanya merah berlinang, sesekali dia mengusap hidungnya. Wanita ini ternyata juga terhanyut. Dia seperti merasakan  sedih yang ku rasakan. Sudah lama aku tidak mengenang Bapakku. Aku selalu di sibukkan dengan rutinitasku yang terus berjibaku dengan pekerjaan. Di momen inilah aku teringat kembali.

Proses interview hari ini sangatlah  panjang dan melelahkan. Dari pagi sampai sore menjelang malam. Setelah di rasa cukup, kamipun di minta untuk pulang dan menunggu hasilnya. Ku sadari Makin lama perjalananku untuk melamar pramugara ini semakin jauh. Test demi test terus aku lakoni.

Orang bijak selalu berkata bahwa Banyak keberhasilan yang di dapat adalah bukan karena ambisi orang itu untuk menjadi sesuatu yang di harap, melainkan karena unsur coba-coba. Yahhh. Unsur coba-coba inilah yang banyak tertanam dengan sendirinya dan akhirnya tumbuh dan berkembang tanpa paksaan, tanpa ambisi yang mengebu dan tanpa takut gagal, sehingga ihklas menjalaninya. Semua nothing to lose, sehingga segala sesuatunya akan berjalan sendiri mengikuti arusnya, tanpa kekhawatiran yang berlebihan, tak perlu bersusah  melawan arus karena alam dan kehidupan ini sudah tertata dengan sendirinya.
Yaahh. Aku harus menanamkan unsur coba-coba ini ke dalam niatku. Tetap berusaha yang terbaik tapi jangan berpengharap terlalu besar. Semua sudah ada jalannya, aku hanya harus menapakinya dengan tulus.
Sampailah aku di rumahku dengan hati yang biasa saja. Emakku menanyakan bagaimana wawancaraku hari ini. Aku hanya tersenyum dan berucap bahwa semua berjalan dengan baik.
"Ya wis le, bismillah. Lakoni karo ati sing lego yaa." Emak menasehatiku supaya aku menjalankan ini semua dengan hati yang lega.
Akupun meminta emak untuk mengambilkan makan. Maklum aku anak tunggal semata wayang. Aku terbiasa di manja dan dilayani Emakku sampai sekarang. Termasuk urusan mengambil makan. 

Ku lahap makanan sederhana ini dengan sangat nikmat. Terong muda bersambal pedas bercampur  ikan pindang, nasi putih yang warnanya tidak putih karena beras yang di beli ini adalah beras ber-kw dua. Setumpuk orekan tempe bercampur ati ampela berbumbu kecap menghampar indah menghiasi nasi. Luar biasa sedapnya. Saking biasa, sedapnya sampai ke luar-luar atau saking sedapnya, luarnya sampai biasa-biasa aja atau saking luarnya, biasa aja sedap- sedapnya.
Entahlah apapula dan bagaimana pengaturan katanya, yang aku rasa makanan ini enak sedap nian. Titik.
Seusai makan, akupun kedatangan empat orang temanku. Mereka adalah temanku semasa STM dulu, dimana kita tawuran bersama, saling menjaga dan melindungi. Selain sahabat STM, mereka berempat dan aku adalah sebuah group band. FRAGILE. Yahh. Itulah nama band kami. Sebuah group band beraliran Poprock bertemakan cinta. Semenjak STM sampai sekarang kami sering meluangkan waktu bersama untuk latihan musik. Aku membuat lirik dan menciptakan lagu dan kami bersama mengemasnya dengan instrument musik yang seadanya semampu kami.




Orang bijak selalu berkata bahwa Banyak keberhasilan yang di dapat adalah bukan karena ambisi orang itu untuk menjadi sesuatu yang di harap, melainkan karena unsur coba-coba. Yahhh. Unsur coba-coba inilah yang banyak tertanam dengan sendirinya dan akhirnya tumbuh dan berkembang tanpa paksaan, tanpa ambisi yang mengebu dan tanpa takut gagal, sehingga ihklas menjalaninya.

...Menembus Langit...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar