BAB 60: MBAK ROSSI





Ruangan remang berminimkan cahaya. Kami semua tertunduk letih berwajah asam. Berselonjor kaki merebah punggung di kursi kayu sambil terpejam.
Hampir 10 jam kami berlalu lalang di langit tak bertepi. Dari Jakarta terbang ke medan. Dari medan kembali ke Jakarta. Di lanjut ke Surabaya dan kembali lagi ke Jakarta. Entah mengapa, walau pekerjaan ini tak banyak memakan tenaga, tapi aku bagai di injak, di pukuli, di hakimi orang sekampung dengan balokan kayu senjata di tangan. Sangat remuk redam. Letih tak terhingga. Setelah landing terakhir di Jakarta, kamipun segera berkumpul bersama untuk membahas segala bentuk kekurangan dan kesalahan kami. Mulai dari duties & check, safety knowledge, mental dan komunikasi dalam menghadapi konflik.

Mba Rossi membahas apa yang sudah kami lakukan satu persatu dengan sangat bijak. Menerangkan, memberi contoh, mengarahkan dan menasehati tentang semua kelemahan kami. Ternyata tak semudah yang kami kira. Apa yang kami pelajari selama ground training hanya sekedar pembelajaran awal. Pada saat terbanglah kita akan mendapatkan kejadian yang belum tentu kita pelajari. Di butuhkan mental dan knowledge yang kuat. Kesabaran tak berbatas dan ketulusan hati melayani.
Satu persatu kami terus di doktrinasi Mba Rosi seputaran pekerjaan kami. Masih ada 3 hari lagi untuk menyelesaikan flight training ini. Apabila sampai masa yang di tetapkan belum di anggap qualified, maka kita akan di minta untuk training ulang kembali. Masuk kelas dan belajar lagi.

“Belajar dari kelemahan hari ini agar besok bisa lebih siap lagi. Hari ke hari kalian harus semakin menunjukkan kemajuan.“ Pinta Mba Rossi.

“Priyo, saya suka semangat kamu dalam melayani tamu kita. Terutama dalam membantu mengangkat bagasi. Tapi jangan terlalu over. Kamu jadi terkesan kuli panggul. Aura Pramugaramu jadi berkurang. Bantu yang sekiranya pantas di bantu. Orang tua, ibu bawa anak, orang pendek dll. Itu yang harus kamu perbaiki nextnya.“ Saran Mba Rossi di iringi cekikikan para sahabatku.

“Untuk Nordinn, kamu seperti masih kebingungan dengan Duties&Checkmu. Kamu terlalu banyak bengong. Fisik kamu di pesawat tapi pikiranmu ke antah berantah. Gunakaan kata-kata tegas tapi sopan pada saat menjelaskan sesuatu mengenai keselamatan, sehingga penumpang itu akan mengerti dan menuruti apa yang kita pinta. Belajar lagi cara berkomunikasi yang baik yaaa.“ Saran Mba Rosii untuk Nordinn. Di balas senyum di wajah penuh pasrah.

“Wacik, penumpang itu banyak jenis karakter yang aneh-aneh. Ada yang sudah tahu aturan tapi menggampangkan. Ada yang memang belum mengerti dan ada juga yang berpura tidak mengerti. Kamu harus memberikan penjelasan yang jelas. Apabila di respon dengan nada tinggi, kamu jangan terpancing emosi. Tetap senyum tapi berbalas tegas. Jangan orang emosi, kamu balas emosi. Ingat pelajaran service excellent!” Mba Rosi panjang lebar memberi nasehat. Kami termanggut tersadar diri.

Kami bagaikan pohon tak tersirami hujan. Kering layu ingin tertumbang . Rasanya rapuh tak bertulang. Sekali petir menyambar, rontoklah badan di terjang.
Ngantuk menyiksa, letih berasa, lapar mendera. Sungguh tiada satupun pematik api untuk menyengat kulit dengan bara agar tersentak sakit menciptakan semangat juang untuk terus menjadi petarung.
Inilah yang di namakan Jet lag. Kami plonga-plongo macam anjing penjaga yang memelet lidah menatap kosong pintu berpagar. Hanya menggonggong lemah tak kala ada suara.

“Baiklah teman-teman, saya sudah tidak sanggup melihat wajah letih kalian. Inilah kita. Dari luar profesi kita terlihat manis, tapi kita sendiri akan merasa pahit apabila tidak pintar memanage waktu dan menghibur diri. Istirahatlah yang cukup. Besok atau lusa kalian harus siap terbang lagi.“ Mba Rosi mengakhiri briefing ini dengan berjabat tangan memberi semangat untuk terus belajar dan belajar.
Mba Rosi terima kasih. Sunggu sabar dan bijaksananya dirimu…





“Priyo, saya suka semangat kamu dalam melayani tamu kita. Terutama dalam membantu mengangkat bagasi. Tapi jangan terlalu over. Kamu jadi terkesan kuli panggul. Aura Pramugaramu jadi berkurang. Bantu yang sekiranya pantas di bantu. Orang tua, ibu bawa anak, orang pendek dll. Itu yang harus kamu perbaiki nextnya.

…Menembus Langit…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar