BAB 57 : RATU RONGGENG




“Baiklah teman-temanku, inilah konsep yang akan kita buat untuk acara perayaan kelulusan kita dari ground training ini. Pertama, kita akan berbaris memanjang membentuk sebuah formasi dengan membawa lilin menyala. Kita akan memasuki ruangan satu persatu. Lampu ruangan akan di gelapkan, sehingga suasana akan temaram penuh hikmat. Setelah formasi terbentuk, kita akan berpadu suara menyanyikan lagu, “Terima kasihku”. Di tengah lagu, nanti Revi akan membacakan puisi. Setelah lagu ini selesai kita akan bersamaan memadamkan lilin dengan sebuah tiupan penuh semangat pertanda awal karir kita akan di mulai.
Setelah semua lilin terpadam, secara serentak lampu akan di terangkan kembali bersamaan dengan di iringi musik disko yang heboh. Pada session ini, kita akan bergaya ala peragawati dan peragawan.kita akan berjalan berpasangan sampai ujung sudut menghadap ke para undangan dan berpose dengan gaya heboh dan lucu. Sementara berpose, MC akan memperkenalkan data pribadi orang yang berpose tersebut dengan beberapa kelucuannya.
Setelah semua selesai berpose bergiliran, fahmi dan wahyudi akan memimpin kita untuk menari bersama ala group dance. Setelah itu selesai, akan di lanjutkan dengan potong kue dan acara makan-makan sembari menikmati hiburan yang akan di perankan oleh Imam dengan gitar dan lagu rocknya, arif yang bersuara Melo, revi yang akan bersendu mendayu menyanyikan lagu,”I believe I can fly”, wahyudi dengan lagu dangdut yang penu vibra dan saya sendiri akan berperan sebagai putrid malam si ratu ronggeng. Saya akan menari jaipongan ala karawang sembari mengadakan beberapa pertanyaan berkuis untuk hiburan, sebagai contoh,”Apakah perbedaan antara kucing dan kucrit? Kalau kucing kakinya empat, kalau kucrit kakikanya emprat.”
Minta tolong neng Ratih yang mempersiapkan pakaian jaipongku, Wicak,rido dan novan bertugas membuat interior ruangan, Ilma dan para wanita lainnya mempersiapkan Tumpeng, makanan dan minuman. Fahmi dan wahyudi sebagai piñata gerak tari, dan yang lainnya focus dengan persiapan kostum masing-masing.”

Aku berpidato ria memaparkan konsep malam pelepasan sekaligus perpisahan Batch 14, tanda berakhirnya ground training selama 3 bulan ini. Sudah waktunya kami berterima kasih kepada semua instruktur yang telah mendidik kami menjadi pribadi yang berkelas tinggi.
Semua teman-temanku setuju dengan konsep ini dan segera melakukan persiapan sampai akhirnya acaranyapun berjalan dengan meriah dan sukses besar.

“Batch ini benar-benar kompak dan sangat entertaining. Ini adalah acara pelepasan yang paling baik dari yang pernah ada. Kalian benar-benar para entertainer.Hebat.” pendapat salah satu instruktur di iringi tepukan meriah penuh kepuasan.
Pesta perpisahanpun berakhir haru. Kami semua saling berjabat bepeluk erat mendoakan yang terbaik. Tiga bulan kami bersama, sekarang tiba untuk berpisah menunaikan tugas. Kami bagaikan keluarga, suka duka di lewati bersama. Kami bersama berjuang untuk memahami profesi ini. Menjadi Pamugara Pramugari langitan.


Malam terlihat layu, mengikis tenaga kami untuk tak kuat lagi berdiri. Ruangan yang semula penuh genta ramai pesta pora, sekarang berubah seperti kuburan mati. Gegelasan kotor bertengger sedih melihat diri yang tercampakkan. Habis di pakai, sepah di tinggal. Meninggalkan noda hina jejijikan. Lengket berbekas memburukkan wajah. Apalah gunanya aku? Hanya menampung apa yang ingin engkau minum, setelah usai,tak lagi aku terpakai. Hanya jika tangan berkerut pembantu tua yang merengkuhku dengan tulus, dengan ihklas mengangkatku dari nista, menenggelamkan aku ke dalam air bergenang busa. Menyentuhku penuh halus,merabaku dan menghempaskan kenistaan ini. Mengentaskan aku dari kehinaan, sampai akupun kembali bersih berterang diri. Bersih penuh keindahan hati.

Andai saja aku bisa berucap, kan ku paksa lidah ini untuk berucap penuh rasa kasih atas semua kerendahan hati, membersihkanku wahai pembatu tua. Hanya engkau yang mau peduli. Walau engkau ringkih termakan masa, letih renta tak kuat berdaya. Walau hatimu acap kali di tusuk perih oleh kata bermaki, berpuluh perintah menghujam tiada henti, tapi engkau tetap setia melayani. Ajarkan aku melayani dengan hati…





Malam terlihat layu, mengikis tenaga kami untuk tak kuat lagi berdiri. Ruangan yang semula penuh genta ramai pesta pora, sekarang berubah seperti kuburan mati. Gegelasan kotor bertengger sedih melihat diri yang tercampakkan. Habis di pakai, sepah di tinggal. Meninggalkan noda hina jejijikan.

…Menembus Langit…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar