BAB 51: REJEKI LANGIT



Larutnya malam, melarutkan kesedihanku semakin kental. Gelapnya malam menggelapkan hatiku menjadi buta. Sinar indah bulan tiada mampu menyinari kegundahanku. Hembus si anginpun tak cukup segar memberiku keceriaan. Di sudut ruang ku duduk sendiri menatap kosong langit berhias bintang Hingga pagi menjelang. Akupun tertidur pulas di sudut itu tanpa beralaskan bantal.
Ketika siang menjelang, aku mulai agak tersadar. Kembali ku dengar suara handphonku terus bersautan. “Itu pasti mereka.” Gumanku. Setelah bersadar diri, akupun mulai membersih diri setelah dua hari tidak mandi. Sepertinya aku punya semangat baru hari ini. Yaah. Aku akan membeli Koran dan mencari pekerjaan lain lagi. Aku harus terus melanjukan hidupku. Ku ambil teleponku dan ku baca berpuluh sms dari semua sahabatku. Satu persatu ku baca. Terpecik kesedihan lagi. Aku mencoba berbesar diri untuk menerima kenyataan ini dan siap mencari kehidupan baru.

“Terima kasih atas persahabatan yang luar biasa ini. Aku bangga pernah mengenal kalian semua. ku berdoa untuk keberhasilan kalian. Mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi.” Ku balas sms mereka sebagai ucapan perpisahan.Setelah ku baca satu-persatu, ternyata ada satu sms yang terlewatkan belum terbaca. Tak bernama. Hanya nomor yang tertera.

“Selamat pagi Pak Priyo. Dana jaminan sosial tenaga kerja milik bapak sudah dapat di ambil di cabang Kantor kami terdekat. Total dananya adalah sebesar Rp.3.759.450. terima kasih.“ Terus kepandangi bahasa sms ini. Aku masih belum mengerti apa maksudnya. Terus ku berpikir berulang kali apakah ini tipuan belaka. mencoba menganalisa tingkat kebenarannya.

“Astaga …ini benar. Ini nyata. Ini uang jamsostekku selama kerja di PT. cold storage ketika aku di PHK dulu.” Aku mengoceh sendiri. Aku yakin ini adalah nyata. Dulu selepas di PHK aku langsung mengajukan pencairan Dana jamsostekku ini, dan ternyata baru bisa cair hari ini.Bagai popeye makan sayur bayam. Kekuatanku bertambah berpuluh lipat. Aku segera berlari penuh semangat menuju jalan raya dan segera bergelantungan di bis menuju Kantor Jamsostek terdekat. Sepanjang jalan pikiranku tak karuan. Jantungku berdetak hebat. Aku sungguh tak sabar ingn membuktikan kebenaran berita ini. Yahhhh. Mudah-mudahan ini bisa ku andalkan.

Ketika tiba, akupun segera mendaftarkan diri dan memberikan beberapa data diri. Mengisi formulir dan lain sebagainya. Setelah bermenit menunggu, namakupun di panggil dan segera menunggu di sebuah ruangan.

“Pak Priyo. Silahkan tanda tangan di sini. Di baca terlebih dahulu dan ini total uangnya. Silahkan di hitung kembali. Totalnya adalah sebesar Rp.3.759.450.“ Seorang staff menyodorkan sebuah amplop berisi tumpukan uang dan selembar kertas formulir serta pulpen hitam ke arahku. Tanganku bergetar hebat. Tubuhku lemas tak bertenaga. Jantungku serasa berhenti berdetak. Tiba-tiba aku sulit bernafas. Sangat tidak menyangka aku di pertemukan dengan uang yang sangat aku butuhkan.
Setelah semua terselesaikan, akupun pergi meninggalkan kantor ini. Ku berjalan setengah berlari. Mencari tempat sunyi jauh dari ramai. Sampailah aku di sudut taman memandang hamparan danau berlumut hijau dengan pohon berakar menjalar. Suit-suitan burung kecil riang bersautan. Ku hentikan langkahku. Ku atur nafasku dan segera ku berteriak keras meluapkan emosiku.

“Aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.” Ku teriak seteriaknya. Lega sudah sesak di dada. Bebanku menjadi ringan. Aku kembali berlari sangat ringan. Mengejar kendaraan untuk segera menuju tempat trainingku. Ku hubungi Ratih segera untuk mengabarkan berita baik ini. Ku minta dia untuk menyiapkan kekuranganku.
Sepanjang jalan aku mengucap syukur. Terima kasih wahai sang Agung. Rejeki dari langit mu telah menerangkan jalanku. Di akhir kegagalanku, engkau telah balikkan 180 derajat menuju harapan baru.

Ketika tiba di kantorku, Ratih dan Arif sudah terlihat menungguku di ruang tunggu. Ratih menyapaku dengan peluk hangat. Bercipika cipiki . Arif merengkuh tubuhku sembari menepuk bahu belakangku. Ratihpun mengeluarkan sebuah Amplop putih berisi puluhan biru uang 50 ribu. Bantuan uang 1 juta dari Ratih dan Arif. Setelah ku hitung total uang yang ada, ternyata masih ada kekurangan 300 ribuan. Kami bertiga saling berpandang. Bingung dari mana sisa kekurangannnya. Entah datang dari mana, tiba-tiba Ilma datang dan memberiku sejumlah uang.

“Aku tau uangmu kurang yok. Mudah-mudahan ini bisa membantu. Maaf ya aku Cuma bisa bantu segini aja.“ Ilma sembari menyodorkan uang kertas berwarna merah. Yaapp. Pas 300 ribu. Ini benar di luar nalarku. Semua seperti sudah di atur. Alhamdulilah ya allah. Ilma juga telah membantuku. Ku jabatkan tangan penuh terima kasih. Bangga sekali aku punya sahabat seperti mereka. Akupun segera ke ruang administrasi dan membayarkan sisa total kekuranganku. LUNAS. Biaya trainingku sidah lunas.
Alhamdulilah..Alhamdulilah …Rejeki dari langit.



Sepanjang jalan aku mengucap syukur. Terima kasih wahai sang Agung. Rejeki dari langit mu telah menerangkan jalanku. Di akhir kegagalanku, engkau telah balikkan 180 derajat menuju harapan baru.

…Menembus Langit…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar