BAB 37 : SANG PELAYAN


Bab 37
SANG PELAYAN

Membayang masih menatap kedua kaki. Melihat kaos kaki ini yang sungguh tak tega ku pasang di kaki. Durjana telah menyadarkanku bahwa sudah sepatutnya dia pensiun kaki. Aku yang tak punya tega, tak berperasa. Sungguh terlalunya aku memaksa kaos kaki ini terus menyelimuti. 

Setelah kepergian Si perempuan itu, masuklah seorang lelaki cukup usia nan  gagah berwajah manis tersenyum lepas sembari mengucap salam.
"Selamat pagi para lelaki ganteng dan wanita cantik.  Apa kabar semuanya" Sapanya dengan penuh nada suara yang sangat bersemangat berhias senyum sumringah. Sungguh Terlihat bahagia sekali orang ini. Seperti tak punya beban masalah dalam hidupnya. 

"Baik perkenalkan nama saya andi, panggi saja saya Bang  andi.  Sayalah yang akan mengajarkan teman- teman semua mengenai apa itu Service Excelent." Masih dengan nada suara yang indah di dengar, Bang Andi ini mencoba memberi penjelasan.

"Baik sebelumnya ada yang ingin  berpendapat apa itu Service Excelent ? " Tanyanya kepada seisi kelas.

"Saya"  Seorang temanku berkulit putih dengan logat ala surabayaan mengangkat tangan ingin berpendapat.
"Nama saya joko. Saya dari surabaya. Service excelent itu melayani setulus hati mas. Terima kasih". Yah. Itulah jawaban jarot singkat padat pakai medog.
Banyak lagi temanku yang berpendapat beda. Ada yang menganggap bahwa service excellent itu adalah tidak membuat customer marah, ada yang bilang menuruti  apapun permintaan customer dan lain sebagainya.

"Wahhh hebat. Jawaban teman-teman semua tidak ada yang salah. Tapi mungkin dari cerita yang akan saya sampaikan ini bisa membuat kalian mengerti dan memahami lebih mendalam teramat dalam apa itu service excelent". Bang Andi mencoba memberikan penjelasan.

“Ada seorang pelayan di sebuah restoran yang sedang sibuk melayani pesanan para tamu yang panjang mengantri. Pada suatu waktu ada salah satu customer yang terlihat tidak sabar dan memarahi si pelayan. Customer yang tidak sabar itu memarahi si pelayan dengan sumpah serapah. Meminta ini, meminta itu, tapi di tukar kembali sama yang ini sama yang itu. Si pelayan di buat pontang-panting karena pesanan yang selalu di anggap salah dan setiap saat customer aneh itu terus mengeluarkan kata kata cacian. Dengan sabar dan muka tetap senyum, si pelayan ini terus menuruti dan melakukan apa yang di inginkan oleh si customer aneh. Ketika sudah puas memaki si pelayan, sang customer aneh itu pergi dengan tidak sopan yaitu membayar pesanan dengan cara di lemparkan ke arah wajah si pelayan. Si pelayan itu tetap tersenyum lepas dan mengucap terima kasih penuh ketulusan.
Setelah customer aneh itu berlalu, si pelayanpun melayani customer berikutnya yang tadi sabar menunggu. Customer yang sabar menunggu ini langsung di sambut dengan salam dan senyum yang tulus dari si pelayan.
Maaf ya nak. Kamu masih muda tapi kamu punya kesabaran dan kedewasaan yang hebat. Saya perhatikan kamu sedari tadi. Kamu tidak salah apa-apa tapi kamu di caci maki bertubi-tubi sama orang gila tadi dan kamu sedikitpun tidak terpancing emosi. Kamu masih tetap tulus melayani padahal saya sendiri sudah emosi melihatnya. Kenapa kamu tidak lawan saja orang tadi nak ? kan kamu ada di posisi yang benar. “
Seorang tua yang tadi mengantri  tampak terheran dan mencoba bertanya, mengapa si pelayan sesabar itu.
"Maaf pak.  Saya merasa tidak di marahi ataupun di maki sama orang tadi. Karena saya yakin saya tidak punya kesalahan apapun  yang membuat dia kecewa dengan cara saya melayani. Saya hanya mengandai saja mungkin orang  tadi sedang punya banyak masalah. Entah karena bertengkar  dengan  istrinya, macet di jalan, bisnisnya gagal, dia sedang di kejar utang, atau  mungkin di tinggal mati oleh keluarganya. Jadi alangkah lebih bahagia kalo saya bisa menjadi tumpahan kemarahan ataupun kesedihan  orang itu, agar beban berat  orang itu  berkurang dan kembali menjadi manusia yang baik jauh dari emosi".
Sang pelayan itu menceritakan panjang lebar mengenai alasannya mengapa tidak melawan. Dan seketika itu juga bapak tua yang bertanya tadi meneteskan airmata. Memeluk si pelayan dengan erat.
“Nak saya yang sudah setua ini saja masih mudah marah dan emosi tapi kamu masih sangat muda sudah bisa memahami makna kehidupan yang sebenarnya."
Si bapak tua itu tampak terharu dan bangga dengan si pelayan tersebut.
Usut demi usut, ternyata bapak tua itu adalah pemilik perusahan besar yang sangat kaya raya dan diapun segera merekrut si pelayan itu untuk menjadi salah satu manager di perusahaannya.
Nasib si pelayan sudah berubah tidak menjadi pelayan lagi melainkan seorang manager perusahaan besar tanpa bermodalkan pendidikan tinggi  dan pengalaman yang mumpuni. Hanya ketulusan hati dalam melayani, dia bisa mencapai kesuksesan hidup yang sejati.

"Nah teman temanku semua, itulah makna dari service excellent yang sesungguhnya. Ini adalah sebuah kisah nyata." Bang andi memberikan penjelasan yang membuat seluruh ruangan terkesima luar biasa. inilah yang di namakan service excellent. 

Begitupula aku. Aku seperti di tampar. Baru awal pembelajaran aku sudah di bukakan sebuah ilmu yang sangat sungguh berarti. Mengapa kita harus beremosi kalau sebenarnya itu tidak perlu. Kalau tujuan kita bekerja untuk mencari nafkah, ya focus saja terhadap itu. Ada kalanya orang bermasalah dengan dirinya sendiri sehingga butuh media untuk meluapkan amarahnya. Seharusnyalah kita yang lebih mengerti dan memaklum karena setidaknya kita lebih sedikit beruntung tidak mempunyai beban hidup yang melebihi kemampuan untuk bisa menciptakan sebuah keemosian.
Alangkah indah hidup ini andai kita bisa saling menerima emosi orang yang sedang di uji beban hidupnya.

"Semua Bisnis  di dunia ini sangatlah  membutuhkan service. Ini adalah modal utama untuk memajukan sebuah usaha. Nah kalian ini adalah calon-calon ujung tombak, front liner, yang punya kontribusi besar supaya bisnis di perusahaan ini bisa berjalan lancar."
 Bang Andi sangat antusias  memberikan kami pedalaman materi mengenai pentingnya arti  melayani.

Lembar per-lembar Bang Emil terus memberikan wawasan mendalam mengenai arti kata melayani. Bagaimana cara berkomunikasi, menghadapi komplain dari penumpang sekaligus cara menyelesaikan masalah dengan cara bijak.
Hal ini  di luar perkiraanku, dulu aku yang selalu tak mau kalah walau salah, sekarang belajar mengalah walau  tak salah. Ternyata salah benar itu bukanlah akhir dari sebuah penilaian tapi melainkan sebuah proses terjadinya perbedaan pola pandang dan cara berpikir yang belum tercapai sebuah kesepakatan dalam mengerti dan memahami sebuah permasalahan.

 Salah atau benar bukanlah sebuah tujuan yang wajib kita perdebatkan. Sebagai seseorang yang berprofesi melayani tingkat tinggi seharusnyalah kita mencoba berempati memposisikan diri sebagai orang yang Mengalami masalah itu sendiri, sehingga akan timbul rasa senasib.  Apa yang mereka rasa kita turut merasa, sedihnya mereka adalah juga kita. Sehingga kita akan menjadi orang yang bisa melayani penuh ketulusan hati penuh peduli  karena berpikir   senasib sejiwa sehati.
Melayani adalah indah. Karena pada dasarnya kita juga adalah pribadi yang berkodrat ingin di layani. Hal ini Akan menjadi sebuah kebanggaan diri dan  kepuasan hati apabila kita di layani sesempurna mungkin seperti egoisnya diri kita untuk Selalu di perlakukan istimewa. 

Dan untuk bisa membuat orang lain itu merasa istimewa dan sangat di istimewakan, di butuhkan pribadi-pribadi yang berhati tulus, pintar dan penuh kewibawaan. Inilah asal mulanya mengapa melayani itu adalah jawaban dari sebuah keberhasilan karena dengan kita mengistemewakan orang yang memberi peluang kita untuk sukses maka kesuksesan itu akan sendirinya melayani kesuksesan kita.

Service Excellent....




Melayani adalah indah. Karena pada dasarnya kita juga adalah pribadi yang berkodrat ingin di layani. Hal ini Akan menjadi sebuah kebanggaan diri dan  kepuasan hati apabila kita di layani sesempurna mungkin seperti egoisnya diri kita untuk Selalu di perlakukan istimewa.

...Menembus Langit...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar