Bab 34
Siapa aku ?
akulah aku adanya
Suasana di
dalam bis kota ini semakin sesak, berjalan merangkak berhenti persaat. Bagai
lumbung padi terus di isi, bertumpuk
orang menumpuk diri, berjubel tersesak, berhimpit terjepit. Sebagai penumpang,
kami butuh kecepatan tiba, tapi sebagai supir, dia butuh setoran secukupnya.
Tak kan pernah terjadi sinergy apalagi menghargai. Urusan perut lebih utama
daripada berkorban hati mencoba peduli, tapi anak istri tak ternafkahi.
Hanya kesabaran dan managment waktu yang harus
lebih kembali di kaji. Perjalanan yang biasanya bisa di tempuh 1 jam, maka kita
harus menganggap itu 3 jam. Macet, Ngetem, ban bocor, supir kebelet ke WC,
polisi cepe, tawuran anak sekolah, tabrakan, banjir, kebakaran dan segudang
masalah lainnya. Inilah Jakarta penuh dengan kesemerawutan.
Tibalah aku
di lautan kerumunan bis di pinggiran kali yang mengalir cukup deres.
Inilah kemungkinan kenapa dinamakan terminal
kalideres. Aku turun dan langsung di cerca oleh puluhan pertanyaaan oleh
belasan orang. Mau kemana mas, ayo tak antar mas, lagi macet mas naik ojeg saja
Mas dll. Di sudut lain terlihat wanita yang membawa barang dagangan terlihat
bingung di tarik sana-sini oleh para kenek atau tukang ojeg jalanan. Kasihan
ibu itu. Yaaah. Lagi-lagi aku
harus mengelus dada berkeluh iba. Inilah
potret terminal kita, jauh dari kenyamanan diri.
Dengan tenang
akupun menuju sebuah metromini yang siap untuk di berangkatkan. Sepertinya
metromini ini sudah lama menunggu karena penumpangnya sudah cukup padat. aku
hanya bergelantungan di sisi pintu belakang. Yaahh aku jadi teringat masa-masa sekolahku dulu. Sudah lama aku tak
melakukan ini, sekarang ku alami lagi. Akupun bergelantungan di sepanjang
perjalanan. Debu jalan, asap knalpot, bau keringat menusuk sengat, Sepatu terinjak, celana tersangkut, baju basah berkeringat. Cukup
lama aku bergelantung sampai akhirnya aku tiba di depan kantorku.
Sedikit ku
merapihkan diri, menepis debu yang menempel, mengelap muka, membersihkan sepatu
yang terinjak. Ku lihat bermacam mobil pribadi tampak padat memasuki gerbang
pintu kantor ini. Sambil berjalan ku perhatikan satu persatu wanita cantik,
pria nan gagah temurun dari mobil mewah. Mereka memakai seragam hitam putih
seperti aku. Sepertinya mereka teman sekelasku yang sepertinya senasib tapi beda berjauh kelas. Aku ngengser bergelayutan
di metromini, mereka berwangi diri di dalam mobil pribadi.
Mereka
sungguh rapih, terlihat berkelas sedangkan aku tampak kacau balau macam tukang
cincau yang sibuk makan bakpau lari terbirit
di seruduk kerbau diiringi hati menangis karena Galau. Ihhh jijau.
Aaaaa Ahhh
!!!! sudahlah semua sudah ada cara dan jalannya masing masing. Percaya diri
saja, biar waktu nanti yang bicara. Mereka atau aku yang pantas di sebut lelaki
perkasa.
Akupun segera menuju ke kamar mandi untuk coba
berbenah diri. Lagi-lagi ku keluarkan obat gantengku yaitu minyak rambut
urang-aring beserta sisir dan sekotak bedak bayi. Ku tuangkan segenggam minyak, ku usap merata di kedua telapak dan
ku usap merata ke seluruh rambutku yang bergaya
gondres ( gondrong stress ). Maksudnya adalah modelnya yang tak jelas.
Selesai sudah
si rambut yang tak jelas, segera ku tuangkan seserbuk bedak putih ke telapak
lagi. Ku oles- oles bak mendempul mobil
dan ku putar-putar bak komedi putar.
Langsung ku menatap kaca kecil buram nan basah tertempel di tembok putih
berlumut hijau. Aku sungguh terlihat ganteng, entah ganteng sebagai lelaki
jantan atau ganteng sebagai pesulap berwajah badut beraksi diantara usia TK. Rasa rasanya kok agak demegh macam
nak SD berangkat sekolah berwajah basah bercelemong bedak. Ini mau training Pramugara atau
training menjadi waria?? Haaahhh kamprettt !!!
resiko mau ganteng tapi tak bermodal.
Kembali ku
percikkan bertitik air untuk menghilangkan si demeg ini. Ku pun berkaca kali
kedua. Mencoba menelaah sampai sejauh mana wajahku ini bisa di kulik menjadi
lebih apik. Tapi tetap saja namanya kurang duit
ya ibarat kue lapis yang kurang legit sekali di gigit malah buat perut
melilit.
Selalu Ada sesuatu yang tidak bisa dipaksa
secara instants atau di olah bermacam gaya. Aku lho hanya anak jalanan,
kEk mana mau jadi pria menawan. Aku tak mungkin menjadi seperti mereka yang sudah sejak awal di ajarkan
bergaya mewah. Mereka bercukur ke salon,
aku hanya di bawah pohon, duduk asyik di
atas tong yang nyukurpun tukang lontong. Mereka memijat diri di Spa Bali beroleskan lulur
bermerek sariayu beraroma coklat , kopi
dan strawberry sedang aku hanya diolesi minyak sayur sisa menggoreng tempe tahu dan jeroan ati. Proses tak
bisa di pungkiri. Back ground masa lalulah yang bisa menciptakan apa dan
bagaimana kita sekarang ini.
Setelah membuntu di gang buntu. Tak ada lagi jalan untuk menambah
tampang menjadi menawan. Akupun bersegera menuju ruang kelas yang sudah di
beritahukan oleh Staff Reception. Kelas
sudah ku masuki, aku hanya diam saja tanpa kata sampai serempak suara lelaki tampan menyapaku.
"Selamat pagiii." Mereka serempak memberi salam
dan kembali dengan dunianya lagi. Aku hanya terbengong sendiri.
“Basa basi
aja tuh para lelaki. Pakai ngucapin
salam segala. Jangan-jangan ngeledek”. Gerutuku ku terdiam terduduk di ujung
sudut sambil memperhatikan satu persatu kelakuan para pemuda gagah itu.
Kuperhatikan
detail gaya mereka dalam segala hal. Dari kaki sampai rambut, cara bertingkah
cara duduk, cara berpakaian cara memandang. Mereka terlihat bagai orang yang
terdidik dengan baik dalam segala bidang. Seperti pengamat profesional, ku
amati mereka dengan sangat teramat. Menit berganti menit, kelas ini mulai
ramai. Ramai dengan berjenis obrolan yang tak ku mengerti apa dan istilah apa
yang mereka ucap. Ramai dengan keanekaragaman kecantikan dan kegantengan. Yaaa
ampun...lagi-lagi aku merasa sangat minder. Aku tak pantas. Tak cocok ada di
ruangan ini. Kelas ini bukan kastaku. kelas ini bukan golongan orang sepertiku.
Kuatkan aku ya Allah. Beri aku kepercayaan diri.
Sekitar 25
orang gagah nan cantik ada di ruangan ini. Hanya aku orang ke 26 yang mempunyai
ciri khas unik dan beda sendiri. Jelek sendiri. Sepertinya kelas nak mau di
mulai. Si durjana datang beserta rombangan. Terlihat beberapa wanita cantik
berseragam satu persatu memasuki ruangan.
"Selamat pagi semuanya. Sekali lagi saya mengucapkan selamat
bergabung di perusahaan ini. Ini adalah pertama kali kelas akan di mulai. Kami
dari managment akan memperkenalkan satu persatu semua staff pengajar yang akan
mengajarkan kalian menjadi orang orang
hebat nantinya."
Satu
persatupun staff pengajar memperkenalkan diri. Dari gaya bicara sudah terlantun
sebuah kata yang terdengar merdu dan menyejuk hati, apalagi raut wajah cantik
dan tubuh terbalut indah seragam Pramugari. Sungguh berkelas. Setelah panjang
lebar memberikan penjelasan mengenai sistem pembelajaran yang sangat semi
milter, tidak boleh telat, sakit lebih dari 3 hari akan di anggap gagal.
Minimum test harus bernilai 80 point dan segudang aturan main yang harus siap
di taati. Sekarang Giliran kami para siswa calon Pramugari-Pramugara untuk berdiri di depan kelas memperkenalkan
diri masing-masing.
Satu persatu
perkenalan di mulai dari depan. Pertama
adalah wanita cantik memakai syal biru bergaris
hitam. Dia terlihat sangat menawan sekali. Iris kuping si budi kalo para lelaki tak tertarik pada wanita ini
atau kalo tidak, pasti mereka para lelaki banci.
“Hallo perkenalkan nama saya maria, usia saya 22 tahun. Saya adalah
Mahasiswa Sastra Inggris di sebuah universitas swasta. selain kuliah saya juga
aktif sebagai foto model di beberapa majalah remaja. Membintangi beberapa iklan
walau hanya figuran.”
Selanjutnya
adalah seorang pria gagah berkulit putih. sungguh rapih dan berwibawa. Dia
terlihat seperti lelaki yang sudah berpengalaman.
"Perkenalkan nama saya Samsul Arif. Usia saya adalah 26 tahun. Saya
adalah seorang Staff marketing dari
perusahaan properti terbesar di jakarta. Banyak orang mengira bahwa menjadi marketing adalah
sesuatu yang tidak menyenangkan karena harus berjibaku menawarkan produk dan
jasa siang malam tanpa batasan waktu dan ruang. Tapi ketahuilah sukses tidaknya
sebuah bisnis adalah bergantung dari staff marketingnya. Karena mereka adalah
ROH dari perusahaan itu. Sampai kapanpun anda tidak akan pernah menjadi sukses
apabila tidak mempunyai jiwa marketing yang tinggi. Jika sampai detik ini anda
masih malu menjadi marketing, itu tanda bahwa anda akan terus memalukan diri
anda sendiri dengan sebuah kegagalan."
Lelaki ini
sangat percaya diri dan sungguh berpengalaman. Tegas dan jelas dalam berbicara.
Sedikit memberikan gambaran tentang dunia marketing dimana aku sepertinya akan
menjadi manusia yang gagal karena sampai detik ini aku tidak mempunyai jiwa
marketing itu. Dia sudah sangat terlihat
matang sebagai seorang lelaki dewasa. Aku harus banyak belajar dari orang ini.
Mempelajari ilmu SELLING SKILL. Kemampuan menjual.
Berikutnya
adalah lelaki yang berwajah mengkilau, berjalan sangat lembut dan gemulai.
Sesaat senyam- senyum dan terkesan malu.
Wajahnya sungguh terawat tak berjerawat. Putih halus sangat terurus. Luar
biasa, wanita saja bisa iri melihat kemulusan wajah pria ini.
"Baiklah terima kasih atas waktunya. Perkenalkan nama saya wahyudi
tapi kalo malam saya berganti nama wahyuni...haaahaa heheheh."
Tak ada angin tak ada hujan pria ini tertawa sendiri dengan ucapannya di susul
dengan gelak tawa kami semua. Seluruh kelas spontan tertawa terhibur.
"Baiklah Kali ini saya
serius, nama saya wahyudi, usia saya 23 tahun, saya pernah bekerja di
Jepang sebagai salah satu staff administrasi di sebuah industri otomatif di
sana. Baru ini saya kembali ke Indonesia. Maaf kalau bahasa Indonesia saya agak
sedikit kaku." kembali dia bergaya sangat lucu,
berucap dan berpura seolah dia agak sulit dalam mengucapkan bahasa. Spontan
anak- anak di kelas ramai dan sedikit meledek. Sungguh entertaining sekali
pemuda ini. Apalagi setelah dia menunjukkan keahliannya dalam berbahasa Jepang
sembari beracting ala actor jepang. Sungguh multi talent sekali wahyudi ini.
Kemudian
berlanjut lagi dengan sosok pemuda tampan, berkulit putih dan terlihat sangat
lelaki sekali.
"Assalamualaikum." Tiba-tiba
saja pemuda ini mengucapkan salam sangat kencang. Beberapa dari kami sangat
terkejut. Dua tangan di angkat di samping sisi kepala, menengok ke kiri dan ke
kanan. Seketika satu ruanganpun langsung terkaget dan bergemuruhhh takjub
“Perkenalkan nama aye Zulfikri. Aye adalah
finalis abang none perwakilan jakarte timur. Usia aye 24 tahun. Menurut aye nih bang ame mpok semue. Jakarte
itu kudu di jaga kebersihannye supaye kagak ade
banjir dimane mane, selain ntu, kesadaran kudu ade di setiap diri kite.
Kalo lingkungan kite bersih, pan hati
kite bersih. Jakarte bakal jadi kota
yang bikin gile semua penduduknye. Maksudnye
ntuh. Pade bangge semua gitu bang, mpok. Maksih yee bang makasih mpok. Assalamualaikum."
Spontan tepuk
tangan salut menyulut sumbu tawa di ruangan ini. Si Zul ini mengakhiri salam di sertai gayanya yang khas ala kontes abang none Jakarta.
Sungguh hebat komunikasi skill pemuda ini. Dia sangat terlatih dan percaya
diri.
Begitulah
seterusnya satu persatu memperkenalkan diri dengan back ground kehidupannya
masing masing yang luar biasa. Ada yang juga pernah menjadi pramugara/pramugari
haji di Garuda. Ada yang pernah kuliah di belanda. Ada yangg berprofesi sebagai
penyanyi, penyiar radio, reception hotel bintang lima, pegawai bank dan lain sebagainya.
Hanya sisa
beberapa orang saja giliranku akan tiba. Wajahku berkeringat, kepalaku berpikir
keras. Apa yang akan aku ceritakan mengenai diriku? Tak ada satupun yang pantas
untuk di ungkapkan. Tak ada yang bisa di banggakan. Aku semakin gelisah hebat.
Haruskah aku berpura menjadi manusia hebat yang punya kebanggaan diri. Kalaupun
harus berpura, profesi apa yang pantas aku purakan. Akankah aku berbohong
pernah tinggal di Jerman. Kalau mereka
memintaku untuk berbahasa Jerman. matilah aku(logat batak) atau mungkinkah aku
berbohong pernah menjadi model majalah.
Mana mungkin mereka percaya,
hanya majalah fauna yang mau melakukan itu. Lalu apa. Profesi apa
yang harus aku perankan dengan kepura-puraanku.
Aku tidak
akan sanggup untuk berpura menjadi sosok lain yang tidak pernah aku alami dan
kuasai. Ya Allah. Berikan hambamu ini kekuatan untuk berterus terang. Sehina
apapun aku, beri aku ketabahan.
"Baiklah ini adalah sahabat kita yang terakhir yang akan
memperkenalkan diri. Baik mas, silahkan." Salah satu
Instruktur itu memanggilku untuk segera berdiri di depan kelas.
Akupun
berjalan pelan menuju depan kelas. Semua mata di ruangan ini melihatku penuh
pertanyaan. Mungkin karena kelusuhanku, ke gembelanku dan keburukan tampangku.
Mungkin mereka merasa risih mempunyai teman sekelas yang bukan kasta mereka.
"Baiklah. Selamat pagi teman-temanku semua. Sejujurnya Saya sangat
bangga berada di ruangan yang di penuhi orang-orang hebat seperti kalian. Terus
terang saya bingung harus menceritakan apa tentang diri saya. Karena satupun
tidak ada yang bisa di banggakan. Tapi saya akan mencoba memperkenalkan diri
dengan seadanya saya. Baiklah nama saya priyo. Saya lahir dari keluarga yang
sangat sederhana. Setelah Bapak saya meninggal, saya di paksa oleh keadaan
untuk mandiri terlalu dini. bekerja
serabutan hanya untuk bertahan hidup. Saya pernah bekerja sebagai tukang cuci
piring disebuah hotel bintang 5, petugas kebersihan di kawasan wisata Ancol dan
yang paling bergengsi pernah menjabat sebagai supervisor yang membawahi 50
orang bawahan namun akhirnya di pecat sangat
tidak hormat karena adanya sebuah penghianatan."
Ku tatapi satu persatu wajah-wajah hebat di
dalam ruangan ini. Mereka tampak terdiam membisu, mendengarkan ceritaku yang
penuh penjiwaan dan keibaan.
"Setelah itu saya keluar masuk kantor mencari pekerjaan, sampai
saya mendapatkan pekerjaan sebagai
seorang kurir. Lagi-lagi saya di paksa oleh keadaan untuk berjibaku di jalanan
menghantar barang. Tiap panas saya beratapkan langit, tiap hujan saya
beratapkan pohon rindang. Selain sibuk bekerja saya juga sering bermain band
dengan sahabat saya. Sesekali ikut mengamen di dalam bis AC jurusan Priok-
Kampung Rambutan. Walau hanya belasan koin yang saya dapat tapi cukup untuk
membeli rokok berbatang. Di sela-sela
kegiatan tersebut saya juga masih punya tekad besar untuk kuliah.
Sekarang saya ada di semester akhir jurusan ekonomi managment bergelar
Sarjana. Saya berharap setelah saya mendapatkan title itu, saya bisa
mendapatkan profesi yang membanggakan. Tapi Alhamdulilah sebelum titile saya
dapatkan, sekarang saya sudah berada di ruangan ini. Ruangan dimana kehidupan saya Insyaallah
akan berubah. Menjadi Pramugara. Saya
mohon doa dan dukungan teman-teman. Melalui kesempatan ini, mudah-mudahan saya
bisa menjadi pribadi yang bisa di banggakan . Terima kasih. "
Selesai sudah
apa yang aku ungkapkan. Dengan mata berbinar berkaca penuh kerendahan hati dan
kejujuran. Aku sudah membuat seluruh ruangan ini terdiam membisu. Aku sudah pasrah. Terserah mereka kalau mau memandang
aku rendah. Memang akulah aku adanya.
Akupun beranjak pergi menuju tempat dudukku. Suasana masih hening tanpa
suara sampai akhirnya syamsul arif tiba tiba berdiri dan memberikan tepuk tangan sangat keras sekali, tak lama
satu persatu menyusul mengikuti sampai seluruh orang di ruangan ini berdiri
serentak dan memberikan tepuk tangan yang sangat lama dan meriah. Hanya
perempuan durjana itu yang hanya berdiri terdiam tanpa tepukan.
Situasi yang
mengharukan untukku. Alhamdulilah aku bisa menceritakan kejujuranku dan di
sambut meriah oleh para sahabatku.
Siapa aku ? akulah aku adanya...
“Sampai
kapanpun anda tidak akan pernah menjadi sukses apabila tidak mempunyai jiwa
marketing yang tinggi. Jika sampai detik ini anda masih malu menjadi marketing,
itu tanda bahwa anda akan terus memalukan diri anda sendiri dengan sebuah
kegagalan."
...Menembus
Langit...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar